Wisata Sejarah dan Fotografi di Lawang Sewu

Beranda


Jelajah Kota



3.7 (74.29%) 7 votes


Berkunjung ke Kota Semarang kurang lengkap kalau belum mengunjungi salah satu bangunan tua yang terletak di kawasan Tugu Muda. Bagunan tua yang merupakan salah satu landmark kota Semarang dikenal dengan sebutan Lawang Sewu ini menjadi wisata wajib ketika berkunjung ke kota Semarang.

Bangunan Lawang Sewu terletak di area Tugu Muda, gedung ini dirancang oleh arsitek Belanda C.Citroen dari Firma J.F. Klinkhamer dan B.J. Quendag pada tahun 1903 dan selesai pada 1 Juli 1907. Nama Lawang Sewu sendiri berarti ‘Pintu Seribu‘ dimana di dalam bangunan tersebut banyak terdapat pintu. Gedung ini awalnya digunakan untuk kantor Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS, perusahaan kereta api Belanda.


Arus lalu lintas di seputaran kawasan Tugu Muda cukup ramai namun suasana berubah menjadi tenang dan sepi ketika memasuki halaman bangunan Lawang Sewu. Bangunan Lawang Sewu cukup besar dengan halaman yang cukup luas. Terlihat beberapa bagian bangunan sedang mengalami renovasi dan perbaikan.

Setelah membayar tiket masuk disebuah ruangan kecil di dekat pintu masuk bangunan Lawang Sewu, kami dipandu oleh seorang pemandu untuk berkeliling bangunan gedung Lawang Sewu. Di Lawang Sewu sendiri ada peraturan dimana setiap pengunjung baik individu maupun kelompok wajib didampingi oleh pemandu untuk berkeliling Lawang Sewu. Tidak usah kuatir kalau berkunjung sendirian, anda bisa berpatungan dengan wisatawan lain yang berjumlah sedikit untuk membentuk kelompok kecil agar menghemat biaya jasa pemandu.

Bangunan Lawang Sewu yang telah berusia lebih dari 100 tahun ini sejak tahun 2011 mulai dipugar untuk pemanfaatan fungsi baru yaitu sebagai ruang usaha komersial dan konservasi. Hasil yang didapat dari usaha ini diharapkan dapat mendukung pelestarian bangunan Lawang Sewu.


Perjalanan pertama dari pintu utama menuju lantai dua, melewati sebuah anak tangga yang didepannya terdapat sebuah dinding kaca grafir dengan ornamen ukiran yang indah dan warna-warni yang masih asli. Kaca grafir atau kaca patri ini kondisinya masih baik dan terawat, konon dibawa langsung dari negeri Belanda pada saat pembangunan Lawang Sewu ini.

Di lantai dua bangunan Lawang Sewu, kami berjalan menelusuri lorong dan pintu sambil dijelaskan oleh pemandu mengenai sejarah bagunan Lawang Sewu ini. Menurut pemandu, bangunan Lawang Sewu ini sedang direnovasi dan kemudian akan kembali digunakan menjadi kantor PT KAI (Kereta Api Indonesia).

Dari balkon gedung Lawang Sewu, kita bisa melihat lalu lintas di seberang jalan dan Tugu Mudatentunya yang berada di tengah jalan. Perjalanan kami lanjutkan menelusuri lorong dan pintu yang tak terhitung jumlahnya hingga sampai pada sebuah ujung bangunan yang terdapat sebuah jembatan penghubung ke gedung yang satunya lagi.

Kembali menelusuri lorong, kami berhenti disebuah tepi lorong dan melihat ke bawah pada sebuah selokan tua. oleh pemandu dijelaskan bahwa selokan tersebut pada zaman penjajahan Jepang digunakan sebagai tempat pembuangan mayat yang sebelumnya kepala sudah dipisahkan dan darahnya sudah dikeringkan.

Pada zaman pendudukan Jepang tahun 1942, ruang bawah tanah gedung Lawang Sewu sebelumnya merupakan saluran pembuangan air di “sulap” menjadi penjara bawah tanah sekaligus saluran pembuangan air. Gedung ini juga menjadi saksi bisu pertempuran sengit antara rakyat Indonesia dengan tentara Jepang yang terkenal dengan sebutan Pertempuran Lima Hari di Semarang (14 Oktober 1945 – 19 Oktober 1945).


Tur berkeliling Lawang Sewu dilanjutkan menuju ke bagian atas yang merupakan sebuah loteng yang masih terbuat dari kayu. Konon area loteng digunakan sebagai tempat menyiksa tawanan di zaman penjajahan Jepang.

Menuju ke lantai dasar, kami diarahkan menuju sebuah ruangan yang terdapat pintu menuju ruang bawah tanah. Cukup disayangkan untuk menuju ke ruangan bawah tanah yang dulu digunakan sebagai penjara, para wisatawan harus kembali mengeluarkan kocek untuk tiket masuk ke ruang bawah tanah beserta biaya untuk pemandunya. Menurut beberapa orang yang pernah masuk ke area penjara bawah tanah, mereka sering melihat penampakan hantu baik dilihat oleh mata telanjang maupun terekam oleh kamera.



Kami diarahkan kembali ke pintu utama dan ketika sampai pintu utama, tur berkeliling Lawang Sewu selesai, pengunjung dipersilahkan keluar dari gedung Lawang Sewu atau kembali menelusuri beberapa bagian gedung tanpa ditemani pemandu. Akhirnya kami kembali ke beberapa lokasi untuk berfoto ria.

Selain merupakan bangunan kuno peninggalan Belanda, kompleks Lawang Sewu ini cocok digunakan untuk kawasan pemotretan baik secara komersial seperti pre wedding dan syuting maupun foto non komersial seperti foto narsis atau foto keluarga oleh para wisatawan yang mengunjungi kompleks Lawang Sewu ini. Lorong yang panjang dan banyaknya pintu yang berjajar yang unik ini sering digunakan oleh wisatawan untuk berfoto saat berkunjung ke Lawang Sewu ini.

Namun sedikit disayangkan, tiket masuk sekaligus sewa pemandu cukup mahal untuk wisatawan. Ditambah untuk menikmati wisata ke penjara kawah tanah di dalam kawasan Lawang Sewu harus mengeluarkan dana ekstra. Sebagian pengunjung tampaknya terpaksa mengeluarkan kocek lebih karena datang dari jauh ingin mengetahui sejarah dan tur di dalam Lawang Sewu ini. Harapannya obyek wisata Lawang Sewu tidak hanya sebagai obyek wisata yang mengeruk keuntungan namun lebih kepada kembali menceritakan kembali sejarah yang terjadi di bangunan tua ini.

=== Lokasi dan Alamat

Lawang Sewu

Jalan Pemuda No. 160, Semarang.

=== Tiket Masuk Lawang Sewu

Dewasa = Rp 10.000,-/orang

Pemandu = Rp 30.000,-/orang atau kelompok (wajib)

=== Tiket Masuk Penjara Bawah Tanah Lawang Sewu

Dewasa = Rp 10.000,-/orang

Pemandu = Rp 30.000,-/orang atau kelompok (wajib)

Fasilitas: Sepatu Bot, Senter

=== Informasi Tambahan

Info lebih lanjut hubungi Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan PT Kereta Api (Persero) dengan alamat Stasiun Kereta Api Gambir, lantai 2. Jalan Medan Merdeka Timur No. 17 Jakarta 10110


Comments

Popular Posts